Apa Itu APEKSI Kebudayaan?
APEKSI ( Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia ) untuk mempertemukan seniman tradisi dan modern dalam upaya melestarikan, mengembangkan, dan mempromosikan warisan budaya Indonesia. Melalui kegiatan seperti lokakarya, pertunjukan, dan diskusi, APEKSI bertujuan untuk menciptakan ruang kolaborasi yang memperkaya khazanah seni tradisional tanpa menghilangkan nilai-nilai aslinya.
Program ini tidak hanya menjadi ajang pementasan, tetapi juga sebagai media edukasi dan penguatan jaringan antar-seniman. Dengan pendekatan yang dinamis, APEKSI berupaya menjawab tantangan modernisasi terhadap seni tradisi, sekaligus membuka peluang baru bagi regenerasi pelaku budaya.
Semangat Kolaborasi dalam APEKSI: Gumbingan sebagai Contoh Nyata**
Salah satu fokus APEKSI adalah melestarikan Gumbingan sebuah kesenian tradisional yang sarat makna filosofis dan kearifan lokal. Melalui kolaborasi antara seniman tradisi dan modern, Gumbingan tidak hanya dipertahankan dalam bentuk aslinya, tetapi juga dikemas dengan sentuhan kontemporer agar lebih diterima generasi muda.
Kesan & Harapan Peserta APEKSI untuk Gumbingan
Berikut suara-suara orisinal dari para pelaku budaya yang terlibat dalam APEKSI:
1. Elgi Agista Syahrul Ananta (Kelompok Rukun Santoso)
– Kesan:”Bangga karena sudah diberi kesempatan oleh Dinas Pariwisata Kota Batu!”
– Harapan :”Gumbing harus lestari pada tata adatnya, baik dalam bentuk maupun gerakannya.”
– Mimpi Besar :”Kesenian Gumbingan harus lebih dikenal masyarakat Indonesia!”*
2. Ricky Arifandi Prasetyo (Kelompok Rukun Santoso)
– Kesan :”Bangga bisa mewakili Kota Batu di ajang bergengsi ini!”*
– Harapan:”Gumbingan harus lebih dikenal luas karena filosofinya positif dan membawa kebahagiaan.”*
– Visi Global :”Kami ingin membawa Gumbingan ke seluruh Indonesia… bahkan dunia!”*
3. Hendry Blenggur (Wakil Ketua Rukun Santoso)
– Gagasan Inovatifv:”Gumbinganesia harus jadi wadah bagi seniman Gumbing dan Bantengan untuk berkarya bersama, menjalin silaturahmi, dan menghidupkan kembali Gumbingan yang sempat redup. Gumbinganesia adalah media penyebar ‘virus’ Gumbingan!”
4. Cak Gembong Sunarto (Seniman & Pemerhati Budaya)
– Refleksi Mendalam :”Gumbinganesia lahir dari kegelisahan akan tantangan modernisasi terhadap seni tradisi. Ini adalah ruang kolaborasi antara seniman tradisi dan modern, menjawab akulturasi budaya tanpa menghilangkan kesakralan. Semoga Gumbinganesia memberi warna baru bagi perkembangan seni tradisi, menjaga nilai-nilai luhur, sekaligus menciptakan karya yang relevan bagi semua generasi. Rahayu!”
5. Bagas Aditya (Kelompok Banteng Klumutan)
– Komentar :”Bangga bisa membawa kesenian Gumbingan